AOS dan ACLAK Budaya tentang MASYARAKAT BANYUWANGI dan SHOCK CULTURE

Apapun itu tentang judul diatas saya merasa masyarakat Banyuwangi sedang dalam keadaan salah asuh oleh pengasuhnya, meskipun kita masih harus lebih kritis lagi bertanya tentang siapa yang mengsuh dan siapa yang diasuh, fakta ini saya sadari dan temukan setelah beberapa bulan mengembara, merantau ke pulau seberang yaitu pulau Bali, menceburkan diri ke pulau Bali dengan maksud agar dapat larut tenggelam ke dalam industry pariwisata secara langsung adalah tujuan yang melatar belakangi saya untuk datang dan merantau ke pulau Bali, meskipun pada kenyataanya tidak semudah itu menembus industry pariwisata di Bali dan karena saya harus menyambung hidup maka harus cepat saya putuskan untuk menggapai ranting yang ada agar tidak tenggelam dalam pusaran arus ketakberdayaan sebagai pengangguran.

Saran seorang teman untuk memasukan lamaran pada sebuah perusahaan supplier bahan dasar industry makanan dan minuman untuk hotel dan restoran tempat dimana dia dulu pernah berkarier segera saya ambil, dan berkarierlah saya disana karena memang teramat sangat mudah masuk ke perusahaan ini bongkar pasang personil merupakan hembusan angin yang berhembus terus menerus tanpa kenal musim tetapi sodara, saya tidak akan menceritakan semua pengalaman saya selama bekerja di perusahaan ini karena emang gak menarik dan gak penting, yang teramat penting ingin saya bagi dan sampaikan disini dan sesuai dengan judul adalah adanya satu produk yang harus saya jual dan hampir semua industry food service di Bali amat sangat membutuhkan yaitu SUSU segar yang telah dipasteurisasi sehingga self lifenya agak sedikit lama yaitu 30 s/d 35 hari dari produk ini dikirim, dan tahukah anda bahwa Susu tersebut dikirim dari tempat yang sangat jauh dari pulau Bali yaitu Jakarta dengan sumber susunya dari Jawa Barat, perlu anda ketahui bahwa komoditas perdagangan SUSU merupakan komiditi yang cukup ketat persaingannya dan kebetulan brand susu yang saya jual cukup memiliki nama di kalangan industry food service di pulau Bali yaitu Diamond Fresh Milk sedangkan pesaing yang tak kalah sangar adalah Green Field.

susu 1

Seperti apa yang saya sebutkan pada judul diatas tentang fakta masyarakat Banyuwangi yang salah asuhan adalah kenyataan yang saya temui ketika kembali ke Banyuwangi bahwa ternyata di Banyuwangi banyak terdapat peternakan sapi perah yang menghasilkan susu yang tak kalah berkualitas dari sapi perah yang ada di Malang dan Jawa Barat, dan saya yakin bagi anda yang membaca tulisan ini dan merupakan orang Banyuwangi pasti anda tidak tahu jika Banyuwangi punya industry Susu sapi yang sudah cukup tua umur serta keberadaannya(margo mulyo peternakan sapi perah di kalibaru yang cukup melegenda hingga kita lupa bahwa peternakan ini masih eksis hingga kini ), rasa ingin tahu membawa saya bertemu dengan seorang teman lama saya ketika sekolah dan kebetulan memiliki rumah Susu atau Cafe Susu (MilkTime) juga usaha pembuatan roti, namanya Ratna dan milktime café miliknya berada tidak jauh dari SMA 1 Giri sekolah dimana kami bersekolah dulu, konsep cafe nya sungguh menarik dan memang bisa dibilang ini cafe sehat dengan budaya kuliner sehat.

Ternyata dari cerita yang saya dengar dari dia tentang Cafe Susu dan Industri susu serta peternakan sapinya tidak semegah dan seindah persaingan susu yang terjadi di pulau Bali, yang pernah saya geluti dan jalani, duh betapa sedihnya saya sebagai masyarakat Banyuwangi mengetahui kenyataan semacam ini, saya jadi ikut ber empati dan membayangkan perasaan serta apa yang dirasakan para petani peternak susu tersebut ketika susu yang mereka perah hasil dari Sapi yang mereka jaga dan rawat seperti anak sendiri hanya dihargai tidak lebih dari Rp.3000 s/d Rp.4000 per liter, tegakah anda bertanya kepada mereka tentang profit yang diperoleh?.

Kita sedang menuju sebuah budaya yang salah kaprah budaya yang berhasil dibelokkan oleh upaya pembodohan melalui propaganda industry – industry besar, yang kebanyakan dari industri tersebut dimiliki oleh perusahaan asing, melalui media mereka mmempengaruhi kita tentang sebuah kualitas minuman sehat yaitu susu tanpa kita mau untuk mencari kebenaran dari fakta tersebut kita terlalu malas untuk mencari dan menerima hal tersebut sebagai sebuah kebenaran, bagaimana tidak salah budaya dan salah asuhan, kita sebagai masyarakat yang mengaku berpikir maju dan cerdas lebih dari para orang tua kita dahulu justu lebih mempercayakan kesehatan dan kualitas gizi generasi penerus kita yaitu anak – anak kita sendiri kepada susu instan, susu formula bubuk, kita justru rela mengeluarkan uang banyak dan kadang berhutang agar anak – anak kita dapat minum susu bubuk ini apakah ini sebuah budaya masyarakat yang telah maju dan cerdas atau kita terlalu angkuh hingga terkesan bodoh untuk menjaga gengsi?.

Sungguh tragis nasib masyarakat kita sore dan pagi ini kawan, mereka memiliki kecenderungan bersikap sok cerdas dan penting seolah – olah jika mereka melakukan hal tersebut hadiahnya adalah surga yang dihadirkan di dunia, yaitu ketika masyarakat kita dipicu dan diajak untuk saling menghina dan menghujat orang ataupun kelompok lain, berbicara tentang politik yang menurut mereka jika ikut nimbrung dan angkat bicara tentang topic yang satu ini akan terlihat dan terkesan cerdas nan elegan, memperbandingkan keyakinan dan agama apalagi, seperti granat yang ditarik pelatuknya akan segera meledak seolah ingin menghancurkan isi dunia dan alam semesta yang bertentangn dengan dirinya apakah itu ciri masyarakat yang maju dan cerdas kawans?, tetapi ketika diajak untuk membicarakan tentang hal yang langsung menyentuh dan berdampak pada diri serta masyarakatnya seperti industry susu, petani peternak susu serta budaya sehat minum susu serta hal – hal lain yang jauh dari topic – topic hebat pemicu perang seakan hal tersebut bukan bagian dari tanggung jawabnya, kawans – kawans sodara sedarah setanah air Bangsa Indonesia Umumnya dan Masyarakat Banyuwangi khususnya tidak salah jika Freeport sudah puluhan tahun mengeruk kekayaan kita dan kita baru teriak hari ini ( bang kemane aje kemarin sore ente ??) dan tidak salah jika Nestle menjual Susu dan air kita setelah jadi barang yang tidak berkualitas tetapi kita malah mau untuk membeli dengan harga yang selangit hanya demi gengsi dan ketidak tahuan kita akan kebenaran ilmiah, seolah yang sesuatu yang salah terjadi di sekitar kita menjelma sabagai sesuatu yang wajar bagi masyarakat kita dan kita terdiam sambil tersenyum puas setelah melakukan kebodohan tersebut.

Yah memang langkah yang harus saya dan teman – teman petani peternak sapi perah susu tidak akan semudah teori yang saya kemukakan dalam tulisan ini tetapi paling tidak kami telah melakukan satu langkah penting untuk membentuk dan membangun bangunan besar budaya cerdas yang sehat bagi bangsa ini serta mencoba untuk merebut kembali kedaulatan dan kemerdekaan kita dari pemodal asing yang tanpa sadar telah kita subsidi untuk menjadi kaya dengan darah dan peluh saudara kita tragisnya lagi hal tersebut dibantu oleh pelayan kita yang telah kita bayar memakai pajak yang kita bayarkan yaitu penyelenggara Negara, system mereka yang sediakan agara pemodal asing itu bisa hisap kekayaan kita dengan lancar serta damai.

Inilah kita masyarakat Banyuwangi yang terkenal sebagai Nagari Tawon Madu tetapi justru tidak tahu dan tidak pernah ingin untuk meminum madu yang kita hasilkan sendiri justru malah kita lebih memilih mendidik anak cucu kita meminum racun yang kita beli mahal dari tetangga sebelah, budaya pop miras oplosan sudah tidak tertandingi, Budaya minum soda sudah jadi trend setter sebagai symbol kaum berada, Mari kawaaaaans kita berseru bersama “ayoo minum susu biar Banyuwangi Minum Susu”.

To Be Continued …. dan semoga bermanfaat kawans